Tantangan Komunikasi Produktif : Day_6

By Norhalimah Amd.Keb - 02.25

Bismillahirrohmanirrohim


Hari ke 6 tantangan komunikasi produktif saya merasa ini tantangan terberat. Sampai saya terlambat mengumpulkan tugasnya. (alasan aja ya…hihi)

Baik, saya akan ceritakan…selamat membaca,

 “Monyet yang Hilang”

Ceritanya pak suami suka sekali pelihara hewan, dan 2 hari yang lalu ia baru saja beli monyet kecil yang lucu, kami panggil “Ongki”.

Aisyah senang sekali main bersama Ongki. Awalnya ongki di masukkan kedalam kandang, tapi hari itu Ongki dikeluarkan agar bisa bermain dengan Aisyah didalam rumah.

Setelah lama bermain Aisyah mengantuk dan saya pun ajak kekamar nidurin aisyah, eh taunya pas keluar monyetnya sudah tidak ada. Dan ternyata saya lupa menutup rapat pintu rumah dan dipastikan Ongki sudah lari keluar memanfaatkan pintu yang terbuka. Rupanya talinya tidak terikat dengan kuat.

Saya pun panik langsung mencari keluar rumah, tapi tidak ketemu. Saat itu pak suami sedang bekerja. Saya pun langsung memberi kabar via Whatsapp dan meminta maaf berkali-kali krna sudah lalai dan membuat kesalahan kesekian kali.

Saat pak suami pulang saya sudah mempersiapkan diri karna tau pak suami pasti bakal marah besar. Karna apa? Karna ini adalah kedua kalinya monyet kesayangnnya hilang. Walaupun sebenarnya bukan sepenuhnya salah saya tapi tetap saya berusaha untuk meminta maaf dan mengaku saya memang salah. Dan saat itu saya menuliskannya via pesan Whatsapp saja. Karna dirumah kebetulan ada tamu. Kata-kata lewat pesan itu saja sudah membuat saya menangis. Walau sekedar tulisan tapi saya merasakan amarahnya disana.

Saya tau sifat suami saya yang cukup keras. Saya juga mengetahui dari ceritanya bahwa saat kecil Ia dididik dengan keras. Jadi saya memaklumi kalau karakternya seperti itu. Karena itulah Saat dia sedang marah saya memilih diam dan tidak mengganggunya dulu. Tidak bicara kecuali dia mengajak bicara, itupun yang terucap Cuma kata ‘MAAF”. Siang itu Suami pulang hanya sebentar, dan kami tidak sempat berbicara banyak.

Kebetulan jadwal saya dinas malam jadi keesokan harinya baru bisa bicara dari hati-kehati. Pulang kerja saya juga berusaha mencarikan gantinya saya pergi kepasar hewan di Banjarmasin tapi tidak dapat juga. Malah dapetnya bunga hias dan beberapa pot bunga.

Tapi setidaknya suami jadi tau kalau saya benar-benar menyesali kesalahan saya dan sudah berusaha memperbaiki kesalahan saya. Malam harinya suami sikap suami sudah membaik. Dia mengajak makan diluar dan setiap bicara saya berusaha untuk selalu menatap langsung wajah suami. Bahkan saat dirumah saya sampai menangis karena merasa sedih sekali saat dia marah. Dan saya ingin dia tau itu dengan mengatakannya langsung.

Alhamdulillah akhirnya semuanya membaik. Suami sudah mengatakan kalau sudah memaafkan saya. Dan meminta agar saya lebih peduli dengan hal-hal yang disukai suami saya. Lebih memperhatikan dan menjaga dengan baik amanah yang diberikan.

Sebelumnya saya juga membuatkan kue brownies untuk suami, sebagai tanda permintaan maaf sama beli celana pendek. Tapi karna sibuk akhirnya baru besoknya dimakan sama suami. Sempat sangat sedih karna sudah capek bikin kuenya tapi dicicipi pun tidak. Huhu
Dan celananya ada satu yang ukurannya hamper kekecilan.

Dari kejadian itu peran komunikasi yang produktif ternyata sangat penting dalam keluarga. Terutama saat salah satu sedang marah, maka aangkah lebih baik ambil jeda dan diam sejenak. Biarkan pasangan lebih tenang dan mereda amarahnya barulah diajak bicara. Seandainya saya langsung bilang ini itu dan minta maaf saat suami baru pulang kerja pasti yang ada justru saling bersahutan dan justru menambah dosa.

Bila nalar panjang-Emosi kecil

Bila nalar pendek-emosi tinggi


Teringat kalimat itu di materi komunikasi produktif, jadi saat kita dan pasangan kita sedang emosi tinggi, jedalah sejenak, redakan dulu emosinya agar nalar kita dan pasangan bisa berfungsi dengan baik.


Saat amarah berada dipucak emosi, itu artinya nalar sedang berada di titik terendahnya. Maka apa yang kita ucapkan pasti bukan hal yang baik, TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan yang ada pasti hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.

Selain itu teringat juga kaidah 7-38-55. Yaitu menurut Albert Mahrabian pada komunikasi itu aspek VERBAL hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi, komponen yang mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%), dan bahasa tubuh/sikap yang tersirat (55%).
Karenanya saya berusaha melakukan sesuatu yang menunjukkan bahwa saya benar-benar menyesali kelalaian saya dan meminta maaf.

Setelah kejadian ini, saya sudah menuliskan komitmen saya di buku hal apa saja yang harus saya perbaiki terkait dengan suami dan mencatat hal apa saja yang tidak disukai suami.

Bagi saya, teguran suami ini sekaligus teguan dari Allah juga buat saya, agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebelumnya memang sering melalaikan sholat tepat waktu, meniggalkan hal-hal yang sunnah dan lainya.

Alhamdulillah trimakasih ya Rabb, engkau masih mau mengingatkanku, itu artinya Engkau masih peduli dengan ku.
Terus semangat jangan pernah lelah untuk terus memperbaiki diri.

Martapura, sept 2018



#Day6
#Catatan_Umiaisyah
#gamelevel1
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
#komunikasiproduktif
#institutibuprofesional

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Silahkan Tinggalkan komentar anda...