Bismillahirrohmanirrohim
Hari
ke 6 tantangan komunikasi produktif saya merasa ini tantangan terberat. Sampai saya
terlambat mengumpulkan tugasnya. (alasan aja ya…hihi)
Baik,
saya akan ceritakan…selamat membaca,
“Monyet yang Hilang”
Ceritanya
pak suami suka sekali pelihara hewan, dan 2 hari yang lalu ia baru saja beli
monyet kecil yang lucu, kami panggil “Ongki”.
Aisyah
senang sekali main bersama Ongki. Awalnya ongki di masukkan kedalam kandang,
tapi hari itu Ongki dikeluarkan agar bisa bermain dengan Aisyah didalam rumah.
Setelah
lama bermain Aisyah mengantuk dan saya pun ajak kekamar nidurin aisyah, eh
taunya pas keluar monyetnya sudah tidak ada. Dan ternyata saya lupa menutup
rapat pintu rumah dan dipastikan Ongki sudah lari keluar memanfaatkan pintu
yang terbuka. Rupanya talinya tidak terikat dengan kuat.
Saya
pun panik langsung mencari keluar rumah, tapi tidak ketemu. Saat itu pak suami
sedang bekerja. Saya pun langsung memberi kabar via Whatsapp dan meminta maaf
berkali-kali krna sudah lalai dan membuat kesalahan kesekian kali.
Saat
pak suami pulang saya sudah mempersiapkan diri karna tau pak suami pasti bakal
marah besar. Karna apa? Karna ini adalah kedua kalinya monyet kesayangnnya
hilang. Walaupun sebenarnya bukan sepenuhnya salah saya tapi tetap saya
berusaha untuk meminta maaf dan mengaku saya memang salah. Dan saat itu saya
menuliskannya via pesan Whatsapp saja. Karna dirumah kebetulan ada tamu. Kata-kata
lewat pesan itu saja sudah membuat saya menangis. Walau sekedar tulisan tapi
saya merasakan amarahnya disana.
Saya
tau sifat suami saya yang cukup keras. Saya juga mengetahui dari ceritanya
bahwa saat kecil Ia dididik dengan keras. Jadi saya memaklumi kalau karakternya
seperti itu. Karena itulah Saat dia sedang marah saya memilih diam dan tidak
mengganggunya dulu. Tidak bicara kecuali dia mengajak bicara, itupun yang
terucap Cuma kata ‘MAAF”. Siang itu Suami pulang hanya sebentar, dan kami tidak
sempat berbicara banyak.
Kebetulan
jadwal saya dinas malam jadi keesokan harinya baru bisa bicara dari
hati-kehati. Pulang kerja saya juga berusaha mencarikan gantinya saya pergi
kepasar hewan di Banjarmasin tapi tidak dapat juga. Malah dapetnya bunga hias
dan beberapa pot bunga.
Tapi
setidaknya suami jadi tau kalau saya benar-benar menyesali kesalahan saya dan
sudah berusaha memperbaiki kesalahan saya. Malam harinya suami sikap suami
sudah membaik. Dia mengajak makan diluar dan setiap bicara saya berusaha untuk
selalu menatap langsung wajah suami. Bahkan saat dirumah saya sampai menangis
karena merasa sedih sekali saat dia marah. Dan saya ingin dia tau itu dengan
mengatakannya langsung.
Alhamdulillah
akhirnya semuanya membaik. Suami sudah mengatakan kalau sudah memaafkan saya. Dan
meminta agar saya lebih peduli dengan hal-hal yang disukai suami saya. Lebih memperhatikan
dan menjaga dengan baik amanah yang diberikan.
Sebelumnya
saya juga membuatkan kue brownies untuk suami, sebagai tanda permintaan maaf
sama beli celana pendek. Tapi karna sibuk akhirnya baru besoknya dimakan sama
suami. Sempat sangat sedih karna sudah capek bikin kuenya tapi dicicipi pun
tidak. Huhu
Dan
celananya ada satu yang ukurannya hamper kekecilan.
Dari
kejadian itu peran komunikasi yang produktif ternyata sangat penting dalam
keluarga. Terutama saat salah satu sedang marah, maka aangkah lebih baik ambil
jeda dan diam sejenak. Biarkan pasangan lebih tenang dan mereda amarahnya
barulah diajak bicara. Seandainya saya langsung bilang ini itu dan minta maaf
saat suami baru pulang kerja pasti yang ada justru saling bersahutan dan justru
menambah dosa.
Bila
nalar panjang-Emosi kecil
Bila
nalar pendek-emosi tinggi
Teringat
kalimat itu di materi komunikasi produktif, jadi saat kita dan pasangan kita sedang
emosi tinggi, jedalah sejenak, redakan dulu emosinya agar nalar kita dan
pasangan bisa berfungsi dengan baik.
Saat
amarah berada dipucak emosi, itu artinya nalar sedang berada di titik
terendahnya. Maka apa yang kita ucapkan pasti bukan hal yang baik, TIDAK ADA
komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan yang ada pasti hanya suara
yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Selain
itu teringat juga kaidah 7-38-55. Yaitu menurut Albert Mahrabian pada
komunikasi itu aspek VERBAL hanya 7% memberikan dampak pada hasil
komunikasi, komponen yang mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara
(38%), dan bahasa tubuh/sikap yang tersirat (55%).
Karenanya
saya berusaha melakukan sesuatu yang menunjukkan bahwa saya benar-benar
menyesali kelalaian saya dan meminta maaf.
Setelah
kejadian ini, saya sudah menuliskan komitmen saya di buku hal apa saja yang
harus saya perbaiki terkait dengan suami dan mencatat hal apa saja yang tidak
disukai suami.
Bagi
saya, teguran suami ini sekaligus teguan dari Allah juga buat saya, agar bisa
menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebelumnya memang sering melalaikan sholat
tepat waktu, meniggalkan hal-hal yang sunnah dan lainya.
Alhamdulillah
trimakasih ya Rabb, engkau masih mau mengingatkanku, itu artinya Engkau masih
peduli dengan ku.
Terus
semangat jangan pernah lelah untuk terus memperbaiki diri.
Martapura,
sept 2018
#Day6
#Catatan_Umiaisyah
#gamelevel1
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
#komunikasiproduktif
#institutibuprofesional
0 komentar
Silahkan Tinggalkan komentar anda...