Ruptur Uteri

By Norhalimah Amd.Keb - 11.47

Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh dinding uterus dan isi uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen (komplet), atau dapat pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan miometrium, tetapi peritoneum di sekitar uterus tetap utuh (inkomplet).
Klasifikasi

  1. a.      Menurut waktu terjadinya, ruptur uteri dapat dibedakan:
1)      Ruptur Uteri Gravidarum
Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus.
2)      Ruptur Uteri Durante Partum
Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang terbanyak.
  1. b.      Menurut lokasinya, ruptur uteri dapat dibedakan:
1)      Korpus Uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti seksio sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.
2)      Segmen Bawah Rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri.
3)      Serviks Uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
4)      Kolpoporeksis-Kolporeksis
Robekan – robekan di antara serviks dan vagina.
  1. Menurut robeknya peritoneum, ruptur uteri dapat dibedakan:
1)      Ruptur Uteri Kompleta
Robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya (perimetrium), sehingga terdapat hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis.
2)      Ruptur Uteri Inkompleta
Robekan otot rahim tetapi peritoneum tidak ikut robek. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas sampai ke ligamentum latum.
  1. Menurut etiologinya
1)      Rupture uteri spontanea
Menurut etiologi dibagi menjadi 2:
a)        Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas SC, miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia, pelepasan plasenta secara manual
b)        Karena peregangan yang luar biasa pada rahim, misalnya pada panggul sempit atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin penderita DM, hidrops fetalis, post maturitas dan grande multipara.
c)        Rupture uteri vioventa (traumatika), karena tindakan dan trauma lain seperti
(1)     ekstraksi forsef
(2)     Versi dan ekstraksi
(3)     Embriotomi
(4)     Versi brakston hicks
(5)     Sindroma tolakan (pushing sindrom)
(6)     Manual plasenta
(7)     Curetase
(8)     Ekspresi kisteler/cred
(9)     Pemberian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
(10) Trauma tumpul dan tajam dari luar
  1. Menurut gejala klinis:
1)        Rupture uteri imminens (membakat=mengancam): penting untuk diketahui
2)        Rupture uteri sebenarnya
Etiologi
Penyebab kejadian ruptur uteri, yakni:
  1. tindakan obstetri,
  2. ketidakseimbangan fetopelvik,
  3. letak lintang yang diabaikan
  4. kelebihan dosis obat bagi nyeri persalinan atau induksi persalinan,
  5. jaringan parut pada uterus,
  6. kecelakaan.
Diagnosis dan gejala klinis:
  1. Gejala rupture uteri mengancam
1)        Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh dukun atau bidan, partus sudah lama berlangsung.
2)        Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut
3)        Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan, bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
4)        Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
5)        Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged laboura), yaitu mutut kering, lidah kering dan halus badan panas (demam).
6)        His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus menerus.
7)        Ligamentum rotundum teraba seperrti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras terutama sebelah kiri atau keduannya.
8)        Pada waktu datangnya his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan sbr teraba tipis dan nyeri kalau ditekan.
9)        Penilaian korpus dan sbr nampak lingkaran bandl sebagai lekukan melintang yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukkan sbr yang semakin tipis dan teregang.sering lingkaran bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh untuk itu lakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya sbr didinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa. Misalnya terjadi pada asinklintismus posterior atau letak tulang ubun-ubun belakang.
10)    Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang keatas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada hematuria
11)    Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).
12)    Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi, seperti edema portio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
Gejala-gejala rupture uteri yang sebenarnya:
  1. Anamnesis dan inspeksi
Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps.
1)      Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
2)      Muntah-muntah karena rangsangan peritoneum
3)      Syok nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak teratur
4)      Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tidak begitu banyak, lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir.
5)      Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ketungkai bawah dan dibahu.
6)      Kontraksi uterus biasanya hilang.
7)      Mula-mula terdapat defansmuskuler kemudian perut menjadi kembung dan meteoristis (paralisis khusus).
  1. Palpasi
1)      Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan
2)      Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari PAP
3)      Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada dirongga perut, maka teraba bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut, dan di sampingnya kadang-kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
4)      Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek
  1. Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah rupture, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk kerongga perut.

  1. Pemeriksaan dalam
1)      Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun kebawah, dengan mudah dapat didorong keatas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak
2)      Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi maka dapat diraba usus, omentum dan bagian-bagian janin
3)      Kateterisasi hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung kemih
4)      Catatan
a)        Gejala rupture uteri incomplit tidak sehebat komplit
b)        Rupture uteri yang terjadi oleh karena cacat uterus biasanya tidak didahului oleh uteri mengancam.
c)        Sangat penting untuk diingat lakukanlah selalu eksplorasi yang teliti dan hati-hati sebagai kerja tim setelah mengerjakan sesuatu operative delivery, misalnya sesudah versi ekstraksi, ekstraksi vakum atau forsef, embriotomi dan lain-lain
PENATALAKSANAAN
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi:
  1. Histerektomi baik total maupun sub total
  2. Histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit sebaik-baiknya
  3. Konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang cukup.
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adala :
  1. Keadaan umum penderita
  2. Jenis ruptur incompleta atau completa
  3. Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata dan sudah banyak nekrosis
  4. Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim
  5. Perdarahan dari luka : sedikit, banyak
  6. Umur dan jumlah anak hidup
  7. Kemampuan dan ketrampilan penolong
MANAJEMEN
  1. Segera hubungi dokter, konsultan, ahli anestesi, dan staff kamar operasi
  2. Buat dua jalur infus intravena dengan intra kateter no 16 : satu oleh larutan elektrolit, misalnya oleh larutan rimger laktat dan yang lain oleh tranfusi darah. ( jaga agar jalur ini tetap tebuka dengan mengalirkan saline normal, sampai darah didapatkan ).
  3. HUBUNGI bank darah untuk kebutuhan tranfusi darah cito, perkiraan jumlah unit dan plasma beku segar yang diperlukan
  4. Berikan oksigen
  5. Buatlah persiapan untuk pembedahan abdomen segera ( laparatomi dan histerektomi )
  6. Pada situasi yang mengkhawatirkan berikan kompresi aorta dan tambahkan oksitosin dalam cairan intra vena.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Silahkan Tinggalkan komentar anda...