PERDARAHAN
POST PARTUM
A. Pengertian
Perdarahan post partum adalah perdarahan setelah anak lahir yang
jumlahnya ± 500 cc ( Sarwono Prawirohardjo,2005). Jika perdarahan terjadi dalam
24 jam pertama maka disebut perdarahan post partum primer. Dan jika perdarahan
terjadi setelah 24 jam maka di sebut perdarahan post partum sekunder.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam
menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum adalah :
1. menghentikan perdarahan.
2. mencegah timbulnya syok.
3. mengganti darah yang hilang.
B. Penyebab
Adapun
hal- hal yang menyebabkan perdarahan post partum ialah :
1. atonia
uteri
2. perlukaan
jalan lahir
3. terlepasnya
sebagian plasenta dari uterus
4. tertinggalnya
sebagian dari plasenta seumpamanya kotiledon atau plasenta suksenturiata.
Kadang-
kadang perdarahan terjadi disebabkan kelainan proses pembekuan darah akibat
dari hipofibrinogemia ( solusio
plasenta, retensi janin mati dalam uteris, emboli air ketuban). Apabila
sebagian plasenta lepas dan sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena
uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua
bagian itu. Selanjutnya, apabila sebagian plasenta sudah lahir , tetapi
sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan pada
masa nifas. Sebab terpenting dari perdarahan post partum ialah atonia uteri.
Ini dapat terjadi sebagai akibat :
1. partus lama
2. pembesaran
uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar, hidramnion
atau janin besar.
3. multiparitas
4. anestesi yang dalam
5. anestesi lumbal
C. Manifestasi Klinik
Gejala klinis umum yang terjadi adalah
kehilangan darah dalam jumlah yang banyak ( > 500 ml), nadi lemah, pucat,
lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanan darah rendah, ekstrimitas dingin dan mual.
Gejala
Klinis berdasarkan penyebab :
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada : uterus tidak
berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan
post partum primer).
Gejala yang kadang- kadang timbul : syok
(tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,, ekstrimitas dingin,
gelisah, mual dan lain- lain).
b. Robekan
Jalan Lahir
Gejala yang selalu ada : perdarahan
segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik,
plasenta baik. Gejala yang kadang-
kadang timbul : pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio Plasenta
Gejala yang selalu ada : plasenta belum
lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang- kadang timbul : tali
pusat putus akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan
lanjutan.
d. Tertinggalnya
Sisa Plasenta
Gejala yang selalu ada : plasenta atau
sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan
segera.
Gejala yang kadang- kadang timbul :
uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang.
D. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada
di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri dan
subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh
darah- pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus- menerus. Trauma
jalan lahir seperti episiotomy yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri
juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah , penyakit darah
pada ibu ;misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia karena tidak ada
atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan
penyebab dari perdarahan post partum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa
mendorong pada keadaan syok hemorargik.
E. Pencegahan dan Penanganan
Cara yang terbaik untuk mencegah
terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III secara
baik. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetric dan
ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV
setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi perdarahan yang terjadi.
Penanganan umum pada perdarahan post
partum :
Ø Ketahui
dengan pasti keadaan pasien sejak awal ( saat masuk).
Ø Pimpin
persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya
pencegahan perdarahan pasca persalinan).
Ø Lakukan
observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan ( di ruang persalinan)
dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya ( di ruang rawat
gabung).
Ø Selalu
siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
Ø Segera
lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi.
Ø Atasi
syok.
Ø Pastikan
kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus,
berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infuse 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan
40 tetesan/menit/
Ø Pastikan
plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
Ø Bila
perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Ø Pasang
kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan.
Ø Cari
penyebab perdarahan dan lakukan penanganan spesifik.
DAFTAR
PUSTAKA
Prawirohardjo,
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Manuaba,
Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan , Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC
Agritubella,
Syafrisar Meri.2007. Perdarahan Postpartum. www.anggrekidea.blogspot.com
0 komentar
Silahkan Tinggalkan komentar anda...