Konsep Dasar HPP

By Norhalimah Amd.Keb - 13.45


PERDARAHAN POST PARTUM

A.        Pengertian
Perdarahan post partum adalah           perdarahan setelah anak lahir yang jumlahnya ± 500 cc ( Sarwono Prawirohardjo,2005). Jika perdarahan terjadi dalam 24 jam pertama maka disebut perdarahan post partum primer. Dan jika perdarahan terjadi setelah 24 jam maka di sebut perdarahan post partum sekunder.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum adalah :
1.         menghentikan perdarahan.
2.         mencegah timbulnya syok.
3.         mengganti darah yang hilang.

B.        Penyebab
                        Adapun hal- hal yang menyebabkan perdarahan post partum ialah :
            1.         atonia uteri
            2.         perlukaan jalan lahir
            3.         terlepasnya sebagian plasenta dari uterus
4.         tertinggalnya sebagian dari plasenta seumpamanya kotiledon atau plasenta suksenturiata.
Kadang- kadang perdarahan terjadi disebabkan kelainan proses pembekuan darah akibat dari  hipofibrinogemia ( solusio plasenta, retensi janin mati dalam uteris, emboli air ketuban). Apabila sebagian plasenta lepas dan sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya, apabila sebagian plasenta sudah lahir , tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan pada masa nifas. Sebab terpenting dari perdarahan post partum ialah atonia uteri. Ini dapat terjadi sebagai akibat :
1.         partus lama
2.         pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar, hidramnion atau janin besar.
3.         multiparitas
4.         anestesi yang dalam
5.         anestesi lumbal

C.        Manifestasi Klinik
Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak ( > 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstrimitas dingin dan mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab :

a.         Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan post partum primer).
Gejala yang kadang- kadang timbul : syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,, ekstrimitas dingin, gelisah, mual dan lain- lain).
            b.         Robekan Jalan Lahir
Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik.   Gejala yang kadang- kadang timbul : pucat, lemah, menggigil.
c.         Retensio Plasenta
Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang- kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
            d.         Tertinggalnya Sisa Plasenta
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
Gejala yang kadang- kadang timbul : uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang.


D.        Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah- pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga  perdarahan terjadi terus- menerus. Trauma jalan lahir seperti episiotomy yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah , penyakit darah pada ibu ;misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan post partum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan syok hemorargik.

E.         Pencegahan dan Penanganan
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III secara baik. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetric dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi perdarahan yang terjadi.
Penanganan umum pada perdarahan post partum :
Ø  Ketahui dengan pasti keadaan pasien sejak awal ( saat masuk).
Ø  Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan).
Ø  Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan ( di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya ( di ruang rawat gabung).
Ø  Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
Ø  Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.
Ø  Atasi syok.
Ø  Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infuse 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetesan/menit/
Ø  Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
Ø  Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Ø  Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan.
Ø  Cari penyebab perdarahan dan lakukan penanganan spesifik.

  
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan , Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC
Agritubella, Syafrisar Meri.2007. Perdarahan Postpartum. www.anggrekidea.blogspot.com

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Silahkan Tinggalkan komentar anda...